InBewara, Bandung – Sebanyak kurang lebih 52 induk cabang olahraga dibawah naungan KONI Kota Bandung ditambah 5 badan fungsional mengikuti Sosialisasi Sport Science KONI Kota Bandung. Bidang ini menggelar sosialisasi Sport Science KONI Kota Bandung dengan tema “Building Millenial Athletes with Science” di hotel Grand Asrilia Jln. Pelajar Pejuang Kota Bandung Selasa (22/10/19).
Beradaptasi dengan menggunakan teknologi modern dan ilmu pengetahuan menjadi ukuran dalam pembinaan dan meningkatan prestasi olahraga. Upaya adaptasi itu pula yang dilakukan KONI Kota Bandung melalui Bidang Sport Science dan ilmu pegetahuan teknologi.
“Ini menjadi bagian peningkatan kualitas SDM. Bagaimanapun, tantangan kedepan tidak mudah. Pelatih harus mampu beradaptasi dengan perubahan teknologi, ilmu pengetahuan hingga peraturan pertandingan maupun induk cabang olahraga”, ujar ketua KONI Kota Bandung, Nuryadi pada pembukaan sosialisasi Sport Science tersebut.
Nuryadi menyebutkan, contohnya tanya dulu atlet jabar, khususnya kota Bandung, selalu unggul pada nomor nomor teknik cabang olahraga Atletik.” Tetapi karena penerapan Sport Science yang dilakukan daerah lain, nomor nomor itu sekarang dikuasai atlet atlet luar provinsi, Misalnya dulu pelompat jauh, Rofi juara PON 2004 dikuasai atlet Jabar, hingga sekarang nomor nomor jauh dikuasai atlet asal Bangka / luar provinsi. Ini menjadi tantangan buat para pelatih dan pembina kita, tidak ada yang bisa berjaya selamanya, pasti ada grafik decline (menurun). Para pelatih/ pembina harus mampu beradaptasi terhadap perubahan dan perkembangan jaman”, ujar Nuryadi.
Besarnya pengaruh penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi, membuat penetapan Sport Science mau tidak mau harus segera dijalankan. Apalagi, sejumlah cabang olahraga sudah menggunakan teknologi tinggi.
“Dominasi pada nomor nomor dengan teknologi tinggi sudah bergeser ke daerah lain yang mampu beradaptasi dengan perubahan teknologi dan ilmu pengetahuan olahraga. Penetapan Sport Science harus dilakukan, dimulai dari pelatih, terapkan ke atlet dengan pendampingan para ahli, bangun sistem, Memang tidak mudah, tetapi harus dimulai”, kata Nuryadi.
Dia mengakui, biaya untuk penerapan Sport Science memang mahal, terutama untuk pengadaan peralatan berteknologi tinggi, namun tidak bisa dihindari mengingat pentingnya peranan keilmuan dan teknologi ini.” Maka perlu Kerjasama dengan fakultas olahraga universitas-universitas, khususnya bidang Sport Science, dengan doktor olahraga juga. Alat memang mahal, tetapi kepentingan ke depan harus berpikir lebih jauh demi untuk mempersiapkan atlet dan meningkatkan prestasi.Kita bisa mulai dengan peralatan sederhana yang tidak terlalu mahal. Yang penting adalah pemahamannya dulu,” ujar Nuryadi.
Sementara Ketua bidang Sport Science dan Ilmu Pengetahuan Teknologi KONI Kota Bandung, Andi Mulyadi menilai, sosialisasi hingga penerapan Sport Science ini akan dibagi beberapa tahapan. Pada tahap kali pertama ini, kata Andi, yang dilakukan adalah sosialisasi Sport Science dan penerapannya.
“Hari ini masih sosialisasi konsep dasar, ilmu Sport Science, ada sedikit simulasi juga.Tentunya dengan arahan para nara sumber yang merupakan doktor ahli olahraga, minimal tahun depan, kita bisa melakukan uji coba penerapan Sport Science ini untuk para atlet potensi dari cabor cabor unggulan”, Kata Andi.
Dia menambahkan , uji coba penerapan Sport Science dan teknologi akan semakin gencar dilakukan pada 2021. Penilaian atau pengukuran efektivitasnya, kata Andi akan dilihat melalui analisis data pada berbagai kejuaraan yang diikuti atlet Kota Bandung.
Dua tahun awal ini lebih kepada sosialisasi dan pengenalan alat. Puncak pengujiannya tentu penerapan pada ajang PORDA 2022.Yang pasti, Sport Science dan penerapan ilmu pengetahuan terus berkembang dinamis sehingga pelatih dituntut untuk bisa beradaptasi, ujar Andi (DIN/ABK)*