Inbewara, Bandung – Agus Jumaedi, sosok Pelatih yang telah mendedikasikan hidupnya untuk olahraga voly seakan tidak mengenal ada kata berhenti bagi voly. Baginya voly sudah menjadi bagian dari hidup dan karirnya.
Pengalamannya yang sudah malang melintang di dunia olahraga voly ini telah membawanya menjadi sosok Pelatih yang patut diperhitungkan oleh klub-klub voly yang menjadi lawan bertanding timnya.
Didukung penuh oleh sang istri (Tati Yuliawati) yang merupakan mantan Atlit voly nasional asuhannya pada era Luciana Taroreh Dekade tahun 80-90 an ini, menjadikan dirinya seorang sosok pelatih yang sangat disiplin dan sangat memperhatikan perkembangan para pemainnya.
“Dalam melatih para pemain, metode pelatihan yang saya terapkan bisa dibilang ‘nyeleneh’, dengan menggunakan sarana dan fasilitas yang ada saya berusaha supaya pemain binaan saya bisa berprestasi baik itu di tingkat kota, provinsi bahkan sampai tingkat nasional,” ucapnya.
Selain karirnya sebagai pelatih, karir di bidang pendidikanpun ternyata berjalan dengan lancar.
Dirinya dipercaya mengajar sekolah yang bernaung di YPDM Paguyuban Pasundan. Tak lepas dari dunia voli, tahun 2001 dimotori Soma Gantika, Djundjunan (Alm), T Subarsah, Agustiana, Jajang dan Eden, dirinya membentuk klub bola voli Pasundan. sampai berhasil berkontribusi melahirkan pemain-pemain yang terpilih baik di tingkat kota, provinsi sampai ke tingkat nasional.
“Dukungan dan apresiasi dari Paguyuban Pasundan sangat baik untuk dunia voli, bahkan pihak perguruan tinggi (Unpas) memberikan fasilitas bagi beberapa atlit pilihan supaya bisa masuk ke Fisip Unpas.” terang Boy (sapaan akrabnya_ red) yang sekarang tengah konsen membina para Pelatih.
Ketika ditanya antara pendidikan dan bola voli, dirinya menjawab dengan penuh keyakinan; “Dari voli saya bisa masuk dunia pendidikan. dari voli juga saya bisa memiliki karir.”
Boy yang pernah dianugerahi Gubernur Jawa Barat sebagai “Pelatih Terbaik di Jabar”, dalam mencari bibit atlit pilihan dirinya “blusukan” sampai ke pelosok-pelosok daerah di Jawa Barat.
“Dalam mencari calon pemain yang baik terutama kalangan pelajar, selain dari fisiknya saya melihat dari latar belakang ekonominya. selain membentuk pemain menjadi atlit yang handal, pemain ini dibantu supaya lancar sekolahnya.” terangnya.
Beberapa rekan-rekanya mengiyakan kalau metode yang diterapkan bagi pemain binaanya bisa dikatakan lain daripada yang lain, selain gemblengan pada saat latihan Boy memberikan perhatian lebih bagi pemain yang tingkat ekonominya kurang. Dirinya memberikan fasilitas gratis untuk biaya sekolah.
“Kebetulan saya kepala sekolah dan mempunyai wewenang, saya pergunakan untuk membantu pemain yang memang keadaaan ekonominya kekurangan,” imbuhnya.
Melihat pesatnya perkembangan jaman dengan berbagai pembangunan dan infrastruktur tentulah ada kendala yang sangat terasa, “Kendala sarana atau fasilitas tempat bermain voli sekarang semakin susah, tidak sebanyak jaman dulu. Dengan segala keterbatasan itu kami terus berjuang melatih para pemain voly supaya bisa menjadi generasi penerus di dunia olahraga voly.” ucapnya.
Ditengah-tengah masa sulit ini Klub bola voli Pasundan bisa mewarnai dunia voli dari karakternya yang khas. Boy yang menjabat sebagai Ketua 2 di Koni kota Bandung ini memperkenalkan ciri khas para pemainnya dengan kepribadian yang santun dan penuh dengan tatakrama.
Dari sekian banyak atlit binaannya di Klub Bola Voly Pasundan, ada beberapa yang menjadi kebanggaan, diantaranya Cep Indra, Farhan dan Fikri yang menjadi top atlit. Menghadapi PON 2021, para pemain nasional didominasi oleh atlit2 binaan klub Pasundan, mereka diantaranya cep indra, farhan, fikri, irwan, ajat. yang sekarang sedang mengikuti pelatda.
Di akhir obrolannya Agus Jumaedi mengatakan bahwa Kota bandung menjadi barometer olahraga,
perkembangan bola voli Di kota Bandung dan di kota lainnya harus terus berkembang dan meningkat,
“Karena dengan munculnya persaingan yang ketat akan muncul sebuah prestasi.” pungkasnya. * (IB-35/Ayang)